Refleksi pertemuan kedua mata
kuliah Filsafat Ilmu bersama Prof. Marsigit, M. A
Kelas Pendidikan Matematika Pascasarjana kelas A
Pertemuan
kedua kelas Filsafat bersama Prof. Marsigit, M. A pada hari selasa, 18
September 2018 jam 15.30 di ruang 1.1 Gedung Pascasarjana Baru. Seperti pada
pertemuan sebelumnya perkuliahan dimulai dengan susunan bangku berbentuk letter U dilanjutkan dengan berdoa
menurut kepercayaan masing-masing. Pada pertemuan ini Pak Marsigit memberikan
kuis jawab singkat sebanyak 20 nomor yang dinamakan dengan kuis nolisasi sebab
semua mahasiswa tidak mampu menjawab dengan benar pada kuis tersebut. Setelah
mengetahui jawaban dari kuis tersebut mahasiswa diminta untuk satu pertanyaan
bebas dibalik kertas kuis lalu dikumpulkan dan pertanyaan tersebut akan dijawab
oleh Pak Marsigit.
Pertanyaan
pertama yang dijawab adalah pertanyaan Seftika yaitu bagaimana mencapai
pemikiran tingkat dewa? Pak Marsigit menjawab bahwa kita harus mengerjakan apa
yang kita pikirkan setengah bagian dan setengah bagiannya adalah memikirkan apa
yang kita kerjakan. Demikian juga dengan berdoa dilakukan juga setengah secara
terus menerus. Dalam konsep filsafat setengah ditambah setengah ditambah
setengah sama dengan satu. Untuk memahami konsep ini Pak Marsigit memberi
contoh yaitu mahasiswa diminta untuk memikirkan kuliah. Mengikuti kuliah
artinya kita wajib membayar uang kuliah? Lalu pikirkan bagaimana cara
membayarnya. Artinya yang kita pikirkan adalah cita-cita, lulus menjadi seorang
master karena itu harus dijalani. Pada bagian ini kita melakukan setengah
bagian yaitu menjalani pikiran dan
setengah bagiaannya adalah memikirkan perjalanan. Jadi, dalam filsafat
. Tetapi ada bahayanya
orang berfilsafat, yaitu kalau sudah sampai pada tahap jelas artinya sudah
tidak berpikir lagi. Pada titik jelas, kita secara tidak langsung mengamini
semua penjelasan tanpa perlu memikirkan penjelasan itu lagi. Ini kontradiksi
dengan filsafat bahwa sebenar-benarnya filsafat adalah berpikir.

Pertanyaan kedua dari Diana yang
bertanya“What is the secret of
happiness?” Pak Marsigit menjawab bahwa ketika melihat, kualitas pertama tergantung dari apa
yang dilihat oleh mata. Jika mata sedang bermasalah atau sakit, contohnya mata
katarak maka kualitas pertama menjadi salah seperti melihat seorang gadis
tetapi disangka adalah nenek-nenek dan sebaliknya. Tetapi yang lebih penting
dari kualitas pertama adalah makna diri seseorang, artinya bukanlah dilihat
dari rupa tapi dibalik rupalah yang dilihat. Untuk menjelaskan konsep itu Pak Marsigit
meminta mahasiswa untuk memegang salah satu bagian dari tubuhnya yang bagian
itu menunjukkan dirinya. Setelah memperhatikan aktivitas mahasiswa memegang
salah satu bagian tubuhnya seperti ada yang memegang kepala, baju, tangan,
rambut dan lain-lain, Pak Marsigit menyatakan bahwa ternyata semua orang tidak
adil terhadap dirinya sendiri. Beliau menjelaskan bahwa kalau kita katakan diri
kita adalah kepala saja atau tangan saja lalu bagaimana dengan anggota badan
yang lain? Ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang bisa
menunjuk dirinya sendiri kecuali Tuhan. Manusia tidak akan bisa menunjuk
dirinya sendiri. Dari sisi kelengkapan, manusia itu bermilyar pangkat
bermilyar, mulai dari jilbab, baju, celana, hingga benang jilbab yang mana. Contoh
ini hendak menjelaskan bahwa bermilyar pangkat bermilyar pangkat bermilyarnya
diri kita belum mampu kita menunjukkan keseluruhannya. Ketika manusia hendak
menunjukkannya 1/10 bagian saja dari dirinya maka manusia sudah berubah jadi
tua. Maka dari kecakupan kebahagiaan, kita tidak akan mungkin mencapai
keseluruhan. Maka sebenar-benarnya keseluruhan adalah Tuhan Yang Maha Esa. Kalau
dari sisi waktu, filsafat itu profesional sehingga terdapat waktu panjang dan
sempit. Waktu itu mengalir karena ada ruang. Jadi sebetulnya waktu itu benda,
benda itu ruang, ruang itu waktu sehingga kita semua mengalami perjalanan.
Dari pertanyaan yang sama, Pak Marsigit
menjelaskan apa itu Happiness atau
kebahagiaan. Tidak ada orang yang dapat mengetahui segala sesuatu sehingga
orang yang ilmunya tinggi adalah orang yang mengaku bahwa ia tidak mengetahui
segala sesuatu (Socrates). Jangankan menunjukkan happiness atau kebahagiaan. kita sendiri saja tidak bisa menunjuk
diri sendiri, apalagi menunjukkan diri orang lain. Maka pikiran, perasaan,
darah, tulang kita adalah kualitas berikutnya. Ini menunjukkan bahwa apa yang
terlihat secara kasat mata disebut ikonik atau wakil dari dunia kita. Kita
mewakili dunia sehingga jika ada orang yang mencederai orang lain maka ia
mencederai dunia. Jika sampai membunuh
berarti ia telah membuat kiamat suatu dunia.
Pertanyaan ketiga dari Agnes yaitu filsafat adalah diri kita sendiri, bagaimana
agar kita mengerti diri kita sendiri?” Pak Marsigit menjawab bahwa pikirkan apa
yang kita kerjakan, kerjakan apa yang kita pikirkan. Paling penting doakan apa
yang dikerjakan dan doakan apa yang dipikirkan. Silahkan menebarluaskan makna
filsafat karena filsafat adalah siapa saja dan apa saja. Jika ada orang
mengatakan bahwa kitab suci cuma fiksi maka jangan lanjut mendengarkan karena
pernyataan itu sesat yang berasal dari pikiran yang sesat. Sebingung-bingung
pikiran tetap dipikiran, jangan sampai bingung dihati karena hati adalah dasar
keyakinan kita.
Pertanyaan keempat dari Fany yaitu bagaimana
pandangan filsafat tentang menilai spiritualitas diri sendiri? Pak Marsigit
menjawab bahwa jika filsafat adalah dirimu maka spiritualitas adalah dirimu.
Jangan coba-coba menggambarkan spiritualitas dengan dunia karena pengetahuan
dunia tidak cukup menggambarkan sprititualitas. Hal ini karena spiritualitas
meliputi dunia dan akhirat. Bagaimana membatasi diri dari godaan? Batasannya
dapat dimulai dari pikiran. Jika pikiran saja dapat dipakai untuk membatasi
godaan apalagi jika kita membatasi godaan dengan wajah kita. Menutupi dari
godaan setan dilakukan sesuai dengan keyakinannya terlepas daripada aliran
mereka. Dalam agama Islam urusan dibagi dua, yaitu urusan dengan Tuhan dan
urusan dengan manusia. Manusia terbagi menjadi tiga derajat. Manusia paling
bawah derajatnya memiliki orientasi bangsa mulut, mata, telinga, perut.
Ini disebut manusia dasar. Derajat
diatas derajat pertama adalah manusia yang bisa beribadah dan mengerti tentang Tuhan.
Ini disebut manusia insan. Jika kalau manusia dasar meningkat menjadi manusia
insan disebut dengan habluminallah. Manusia yang paling tinggi derajatnya
adalah manusia yang habluminallah dan minannas. Habluminallah dan minannas
berarti manusia annas atau manusia jejaring sistemik. Jejaring sistemik
simboliknya itu jurnal. Jadi jurnal adalah lambang manusia jejaring sistemik
yang paling tinggi.
Pertanyaan kelima dari
Erma yaitu bagaimana cara mencapai rendah hati yang sesungguhnya? Pak Marsigit
menjawab bahwa untuk bisa mencapai rendah hati yang sesungguhnya maka yang
pertama adalah ikhtiar dan yang kedua adalah berserah diri kepada Allah dalam
upaya meminta pertolonganNya karena tidak ada makhluk di dunia yang mampu
mengusir setan kecuali atas kuasa Tuhan. Ini pun berarti bahwa sedikitpun keraguan
didalam hati tidak bisa dihilangkan kecuali atas kuasa Tuhan. Oleh karena
godaan setan terus menerus, kita harus valid dan kontinu. Sebenar-benar manusia
haruslah selalu dalam keadaan berdoa. Setiap awal menyebut atau mengingat Tuhan,
ditengah-tengah berisi istiqomah, diakhiran mudah-mudahan khusnul khotimah
(mengakhiri dengan baik). Esensi mengakhiri dengan baik adalah rasa syukur.
Dalam filsafat akhiran adalah awalan sehingga rasa syukur boleh diakhir atau
diawal.
Pertanyaan keenam dari Yuntaman yaitu bagaimana
cara mensinkronkan hati dan pikiran, mana yang didahulukan? Pak Marsigit
menjawab bahwa hati adalah roda bawah dan pikiran adalah roda atas. Ini berarti
bahwa perjalanan hidup adalah roda yang berputar. Jadi setiap hari kita perlu
memikirkan perasaan kita dan merasakan pikiran kita. Teladannya adalah bumi mengelilingi
matahari yaitu tidak akan sampai pada tempat yang sama selama hidup. Bumi
disamping berputar pada porosnya, tetapi juga mengelilingi matahari. Kita pun
demikian, disamping kita berputar pada poros kita (hati dan pikiran) kita juga
menjalani kehidupan seperti kita harus makan sehat setiap hari, bangun dan
tidur. Kita melakukan hal demikian setiap hari tetapi tidak menyadarinya. Jadi
sebenar-benar hidup itu adalah sesuai dengan lintasan bumi, ini adalah contoh
yang diberikan Tuhan. Ada beberapa istilah untuk menggambarkan jalannya
kehidupan seperti orang Yunani
mengatakan hermenuetika dan orang Jawa mengatakan cokro manggilingan. Jadi
perjalanan hidup adalah siklik dan linear yang digabung. Berbeda dengan
pemikiran orang Amerika yang berpikir bahwa hidup adalah linear sehingga
kecenderungannya adalah selalu mencari dan mencari disertai dengan membuang
hal-hal yang tidak sesuai dengan penemuan baru.
Pertanyaan terakhir dari Widhi yaitu
jika misal masuk surga, apa yang dilakukan? Pak Marsigit menjawab bahwa urusan
spiritual adalah ranah agama masing-masing. Cara mengetahuinya adalah dengan
prediksi sehingga hidup adalah pilihan berdasarkan prediksi. Tanpa memilih
manusia tidak akan bisa hidup. Contohnya setiap hari kita makan dan kita
memilih apa yang akan dimakan. Maka sebenar-benar hidup adalah pilihan. Ikhtiar
itu memilih. Kalau sudah terpilih itu takdir maka hidup itu perputaran antara
ikhtiar dan takdir, pilih dan terpilih. Sadar maupun tidak sadar nafas yang
dihirup juga adalah pilihan.
No comments:
Post a Comment