Monday, November 12, 2018

REFLEKSI FILSAFAT PERTEMUAN KELIMA


Refleksi pertemuan kelima mata kuliah Filsafat Ilmu bersama Prof. Marsigit, M. A
Kelas  Pendidikan Matematika Pascasarjana kelas A

Pertemuan kelima kelas Filsafat bersama Prof. Marsigit, M. A pada hari selasa, 9 Oktober 2018 jam 15.30 di ruang 1.1 Gedung Pascasarjana Baru. Seperti pada pertemuan sebelumnya perkuliahan dimulai dengan susunan bangku berbentuk letter U dan pembelajaran diawali dengan berdoa menurut kepercayaan masing-masing.
Pada pertemuan kali ini Pak Marsigit menjawab pertanyaan dari mahasiswa. Pertanyaaan pertama dari Restu tentang bagaimana ciri orang yang menguasai ruang dan waktu? Atas pertanyaan ini Pak Marsigit menjelaskan bahwa tiadalah orang yang mampu sebenar-benar menguasai ruang dan waktu, tetapi yang ada hanyalah berusaha.  Orang dikatakan menguasai ruang atau waktu jika orang tersebut ada. Ada yang dimaksud adalah memiliki kesadaran pada saat dan waktu itu. Memiliki kesadaran di ruang yang semestinya orang tersebut ada. Sebaliknya, orang terancam kematian jika orang itu tidak berada di ruang dan waktu yang tepat.
Contohnya kita masuk ke dalam kandang macan maka kita terancam kematian dalam arti harfiah. Sebenar-benar kematian adalah rentang dari bumi sampai langit yaitu ketika kita seharusnya berpikir tetapi tidak berpikir, maka secara filsafat kita adalah orang yang mati. Inilah yang mendasari pernyataan para filsuf bahwa mereka sedang melihat para mayat yang berjalan. Disebut dengan istilah mayat adalah karena banyak orang secara harfiah hidup namun  tidak dalam keadaan berpikir secara positif, tetapi saling menjelekan, membuat hoax sehingga dapat dikatakan mati. Jika dinaikkan spiritual maka para santri-santriku tidak dalam keadaan berdoa dapat dikatakan juga mayat-mayat yang berjalan. Ini dapat disebut bahwa hidup adalah berpikir dan dalam konteks spiritual, hidup adalah berdoa. Sehingga untuk mengetahui kita berapa di ruang yang cocok, tepat, sesuai adalah dengan menyadarinya. Maka dapat dikatakan tidak ada orang yang dapat menguasai ruang dan waktu, tetapi sadar atau tidak sadar karena ia sudah berada di suatu ruang. Sedangkan kalau tidak mengerti, ampunannya lebih ringan walaupun keadaannya buruk atau bodoh atau mitos. Mitos adalah ruang yang berhenti atau ruang yang gelap.
            Pertanyaan kedua datang dari Yoga yang bertanya mengapa dalam elegi-elegi yang dituliskan dalam blog sering terdapat nama  Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong? Penggunaan nama-nama tersebut menurut penjelasan Pak Marsigit adalah berasal dari Filsafat Jawa oleh Sunan Kalijaga ketika beliau menyebarkan agama Islam menggunakan pewayangan dari agama Hindu. Beliau menciptakan tokoh yang tidak ada dalam pewangan tersebut. Tokoh-tokoh tersebut diciptakan di Jawa. Semar yang mempunyai anak Gareng, Petruk, dan Bagong. Ini adalah metafisik yang berarti ada makna di sebalik tokoh Semar. Semar adalah ilmunya, Gareng adalah hatinya, Petruk adalah perilakunya, dan Bagong adalah bayangan atau kenyataannya.  Hidup itu ada ilmu, hati, perilaku, dan baying-bayang atau kenyataannya. Punokawan itu mengikuti seorang ksatria yang bisa mengalahkan para dewa. Kemanapun arwah pergi, pikiran, hati, perilaku, dan kenyataan selalu mengikutinya, yang disebut dengan Punokawan.
Pertanyaan ketiga dari Atin tentang bagaimana supaya mempunyai kesadaran di dalam dan kesadaran di luar? Filsafat adalah kesadaran di dalam pikir, yaitu memikirkannya. Awal daripada berpikir adalah bertanya sehingga jika tidak bertanya artinya tidak berpikir. Kesadaran di luar adalah panca indera sehingga jika satu dari panca indera kita sudah menangkap berarti kesadaran di luar.
            Pertanyaan keempat dari Totok tentang mungkinkah filsafat disampaikan dengan sederhana? Sangat mungkin, tetapi dosen tidak dalam kedudukan menyampaikan filsafat. Dosen hanya memfasilitasi supaya setiap mahasiswa dapat berfilsafat. Secara sederhana filsafat itu metafisik yang artinya bertanya. Bertanya tentang apa dan mengapa. Bertanya tentang maksud sesuatu sudah dikatakan berfilsafat. Sederhananya adalah pertanyaan apa dan mengapa. Filsafat membangun dunia pikiran dengan bahasa yang sangat sederhana, yaitu aku dan bukan aku maka membangun dunia dan akhirat cukup dengan A dan bukan A.
 Pertanyaan kelima dari Diana tentang kapan suatu hal dikatakan baik, lebih baik, atau paling baik? Sesuatu dipandang baik, lebih baik, atau paling baik jika sesuai dengan ruang dan waktunya. Jika tidak sesuai ruang dan waktu maka disebut tidak baik. Permasalahnnya apa yang dimaksud ruang dan waktu? Ternyata semuanya adalah ruang dan waktu. Semua  adalah ruang, ruang adalah waktu, dan waktu adalah ruang. Tidak mungkin memahami ruang tanpa waktu dan tak mungkin memahami waktu tanpa ruang. Disini pasti hubungannya dengan kapan, kalau tidak ada kapan maka kamu tidak bisa disini.

Pertanyaan keenam dari Fany tentang bagaimana filsafat mendefinisikan tentang sabar?
Sabar dalam khasanah filsafat adalah gejala psikologi. Psikologi adalah wacana, gejala jiwa, jiwa yang sabar. Itu adalah suatu keadaan. Suatu keadaan adalah ruang. Jadi sabar adalah kita menciptakan suatu keadaan dengan ciri-ciri sabar. Sabar adalah ruang, kita menciptakan ruang. Sama halnya juga ketika filsafat memandang sifat ego dan kesadaran diri. Tanpa ada kesadaran diri maka tidak ada ego. Tanpa ego maka tidak ada kesadaran diri sehingga semua orang mempunyai ego. Semua orang mempunyai kesadaran diri. Jika orang sedang tidur tidak punya ego. Maka semua peraturan itu sebetulnya salah. Kalau mau tepat maka semua peraturan dibuat bagi orang-orang yang tidak sedang tidur. Kalau kesadarannya sudah dibangkitkan, tapi dia tidak kenal ruang dan waktu maka disebut disorientasi.
Pertanyaan ketujuh dari Nur Fauzan tentang apakah paradoks? Paradoks adalah ilmu. Ilmu ada karena ada paradoks. Paradoks adalah pertentangan, pertentangan adalah sintesis, dan sintesis adalah logos. Logos selalu bergerak. Pertentangan memiliki batas. Bagi yang punya ilmunya maka dia akan meningkat. Bagi yang tidak, maka akan tenggelam. Sehingga keberadaan kita karena ada paradoks. Contohnya kita bisa melihat karena pertentangan antara baying-bayang dan sinar.
Pertanyaan kedelapan dari Suhermin tentang apakah makna ujian secara filsafat? Tujuan dari kuis jawab singkat memiliki manfaat yang banyak, bukan semata-mata untuk menguji, namun jawab singkat ini adalah untuk mengadakan yang mungkin ada, yang belum pernah mendengar sampai mendengar. Ujian itu sendiri adalah memasangkan keadaan kesesuaian dengan ruang dan waktunya. Misalnya seseorang ditanya hasil dari 4+5, tetapi dia tidak bisa menjawab hasilnya 9, berarti di dalam pikirannya tidak terjadi sintesis antara empat dan lima. Maka dia menjawabnya bukan 9. Kalau ujian pikiran itu ruangnya konsisten, ukurannya konsisten. Konsisten artinya tidak ada pertentangan, tetapi kalau ujian kenyataan itu ukurannya adalah cocok/sesuai dengan ruang dan waktunya. Kalau ujian spiritual maka dia adalah sebener-benar orang mampu diuji dan menguji kecuali atas kehendak Allah.
Pertanyaan kesembilang dari Yuntaman tentang bagaimana filsafat memandang masalah yang ada dalam hidup ini? Hidup adalah tentang masalah, sehingga jika tidak mau mempunyai masalah maka jangan hidup. Artinya hidup ini dinikmati saja. Jangankan di dunia, tetapi di akhirat pun ada masalah. Masalah memiliki arti  tesis bertemu dengan anti tesis. Contohnya oksigen adalah tesis dan karbohidrat adalah anti tesis. Oksigen bertemu karbohidrat di darah timbul masalah. Orang yang tidak mampu melihat masalah adalah orang bodoh. Sebener-benar orang  bodoh kalau dia tidak menyadarinya. Tiadalah orang sebenar-benar mampu mengatasi masalah kecuali atas pertolongan Tuhan karena Tuhan itulah Sang Maha Pemecah Masalah.
Pertanyaan kesepuluh dari Suhermni tentang apakah hidup itu? Hidup jika sesuai ruang dan waktunya. Orang dapat hidup jika ia menyadari diruang dan waktu mana ia berada sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keadaannya.
Pertanyaan kesebelas dari Nani tentang kehilangan apakah yang membuat manusia bahagia dan tidak sedih? Filsafat memiliki tingkat-tingkat, dari material, formal, normatif, dan spiritual. Secara material maka kehilangan materi akan menjadi sedih. Secara normatif, pikiran, ilmunya, filsafatnya, kehilangan akal atau logika atau daya pikir. Ditingkatkan dari sisi spiritual, kehilangan akidah, ketakwaan yang menjadi sedih. Jikalau orang-orang yang kehilangan tersebut tidak merasa sedih maka sebenar-benar manusia bahagia itu jika sesuai ruang dan waktunya. Bahagia itu sifat, sifat dari suatu keadaan perasaan anda. Ini adalah gejala psikologi, maka kebahagiaan manusia adalah kebahagiaan yang relatif. Kalau naik ke spiritual menjadi kebahagiaan absolut atau abadi.
 Pertanyaan kedua belas dari Aizah tentang bagaimana mensinkronkan apa yang dipikirkan dan yang dirasakan? Perasaan terdiri dari baik, buruk, indah dan tidak indah, dan pikiran terdiri dari benar dan salah. Baik benar, baik salah,  buruk benar, buruk salah. Tiadalah manusia mampu mensinkronkan kecuali atas pertolongan Tuhan. Tuhan itu yang Maha Menyinkronkan sehingga manusia hanya berusaha supaya sinkron dengan menggunakan metode hermenitika. Hermeunitika adalah menterjemahkan dan diterjemahkan. Yang diterjemahkan adalah semuanya, A dan bukan A. Diterjemahkan artinya diinteraksikan/berinteraksi. Salah satu interaksi adalah tanya jawab di kelas agar kita tahu pikiran kita tidak sesuai. Kita dapat mengetahuinya dari selain diri kita sendiri, dari orang lain, tanaman, binatang. Kita menyinkronkan diriantara kita dan bukan diri kita. Jadi belum tentu yang baik itu benar, baik itu salah, benar itu baik, benar itu salah.
Pertanyaan ketiga belas dari Seftika tentang kapan kita menggunakan pikiran, kapan menggunakan perasaan? Maka sebenar-benar hidup adalah holistik dan komprehensif. Hidup dalam keseluruhan. Diri dalam keseluruhan dan keseluruhan di dalam diri. Supaya sinkron, maka semua harus dikelola lewat spiritualitas, keyakinan dan ibadahnya masing-masing. Pikiran dan perasaan setiap saat berganti-ganti, berinteraksi. Berpikir itu sepersekian puluh detik sudah terus, antara tesis sintesis. Belum lagi hati. Maka sebenar-benar hati harus dalam keadaan bergetar dan getaran hati itu panggilan kepada Tuhan dalam keadaan apapun. Maka semua perkara dibalut dengan getaran hati dalam keadaan memanggil nama Tuhan. Karena ibadah tertinggi adalah ibadah memanggil nama Tuhan karena hanya Tuhanlah yang bisa sama dengan namaNya. Maka tidak ada ciptaan Tuhan yang mampu menyamaiNya. Jika ingin selamat dunia akhirat harus selalu bergetar hatinya dalam keadaan sadar maupun tidak sadar, bekerja maupun tertidur. Sedetik engkau tidak dalam keadaan berdoa, masuklah setan atau potensi negatif. Banyak diantara orang sukses meraih, banyak pula yang gagal mempertahankan karena tidak siap mentalnya.
Pertanyaan keempat belas dari Seftika tentang mengapa mudah lupa? Lupa adalah sunatullah dan kodratnya sebab kalau tidak bisa lupa tidak bisa hidup. Maka sebenar-benar hidup adalah lupa.

Pertanyaan kelima belas dari Erma tentang dimana letak perbedaan antara positif dan kontemporer? Kontemporer adalah kekinian, keadaan zaman sekarang,tetapi penggeraknya itu postif. Maka positif dan kontemporer tidak bisa dipisah. Jaman now adalah jaman VUCA. V (Volatil) adalah rentan. U (Uncertainty) adalah ketidakpastian, sehingga barang siapa ragu-ragu, maka masuklah setan. C (Complicated) adalah sangat kompleks keadaannya. Zaman yang tidak sederhana lagi. Sebenar-benar hidup adalah daya ingat, tanpa ada daya ingat kita tidak bisa hidup. Intuisi dua satu adalah Orang tidak menyadari intuisi kalau tidak belajar filsafat. Hidup juga adalah batas, sehingga lupa dan ingat ada batasnya. Oleh karena bergaul itu penting untuk mempertahankan supaya terjaga daya ingat. Semua dalam ruang dan waktunya. Memandang itu bergantian, bernapas, berbicara itu juga bergantian. Bergantian itu seri, kodrat. Tapi sembari berbicara, bernapas, mendengar bersama-sama itu paralel. Jadi hidup itu paralel. Maka bergantian ada ruang dan waktunya. Paralel juga ada ruang dan waktunya.




No comments:

Post a Comment