Refleksi pertemuan kelima mata
kuliah Filsafat Ilmu bersama Prof. Marsigit, M. A
Kelas Pendidikan Matematika Pascasarjana kelas A
Pertemuan
kelima kelas Filsafat bersama Prof. Marsigit, M. A pada hari selasa, 9 Oktober
2018 jam 15.30 di ruang 1.1 Gedung Pascasarjana Baru. Seperti pada pertemuan
sebelumnya perkuliahan dimulai dengan susunan bangku berbentuk letter U dan pembelajaran diawali dengan
berdoa menurut kepercayaan masing-masing.
Pada pertemuan kali ini
Pak Marsigit menjawab pertanyaan dari mahasiswa. Pertanyaaan pertama dari Restu
tentang bagaimana ciri orang yang menguasai ruang dan waktu? Atas pertanyaan
ini Pak Marsigit menjelaskan bahwa tiadalah orang yang mampu sebenar-benar
menguasai ruang dan waktu, tetapi yang ada hanyalah berusaha. Orang dikatakan menguasai ruang atau waktu
jika orang tersebut ada. Ada yang dimaksud adalah memiliki kesadaran pada saat
dan waktu itu. Memiliki kesadaran di ruang yang semestinya orang tersebut ada. Sebaliknya,
orang terancam kematian jika orang itu tidak berada di ruang dan waktu yang
tepat.
Contohnya kita masuk ke dalam kandang
macan maka kita terancam kematian dalam arti harfiah. Sebenar-benar kematian
adalah rentang dari bumi sampai langit yaitu ketika kita seharusnya berpikir tetapi
tidak berpikir, maka secara filsafat kita adalah orang yang mati. Inilah yang
mendasari pernyataan para filsuf bahwa mereka sedang melihat para mayat yang
berjalan. Disebut dengan istilah mayat adalah karena banyak orang secara
harfiah hidup namun tidak dalam keadaan
berpikir secara positif, tetapi saling menjelekan, membuat hoax sehingga dapat
dikatakan mati. Jika dinaikkan spiritual maka para santri-santriku tidak dalam
keadaan berdoa dapat dikatakan juga mayat-mayat yang berjalan. Ini dapat
disebut bahwa hidup adalah berpikir dan dalam konteks spiritual, hidup adalah
berdoa. Sehingga untuk mengetahui kita berapa di ruang yang cocok, tepat,
sesuai adalah dengan menyadarinya. Maka dapat dikatakan tidak ada orang yang
dapat menguasai ruang dan waktu, tetapi sadar atau tidak sadar karena ia sudah
berada di suatu ruang. Sedangkan kalau tidak mengerti, ampunannya lebih ringan
walaupun keadaannya buruk atau bodoh atau mitos. Mitos adalah ruang yang
berhenti atau ruang yang gelap.
Pertanyaan
kedua datang dari Yoga yang bertanya mengapa dalam elegi-elegi yang dituliskan
dalam blog sering terdapat nama Semar,
Gareng, Petruk, dan Bagong? Penggunaan nama-nama tersebut menurut penjelasan
Pak Marsigit adalah berasal dari Filsafat Jawa oleh Sunan Kalijaga ketika
beliau menyebarkan agama Islam menggunakan pewayangan dari agama Hindu. Beliau
menciptakan tokoh yang tidak ada dalam pewangan tersebut. Tokoh-tokoh tersebut diciptakan
di Jawa. Semar yang mempunyai anak Gareng, Petruk, dan Bagong. Ini adalah
metafisik yang berarti ada makna di sebalik tokoh Semar. Semar adalah ilmunya, Gareng
adalah hatinya, Petruk adalah perilakunya, dan Bagong adalah bayangan atau
kenyataannya. Hidup itu ada ilmu, hati,
perilaku, dan baying-bayang atau kenyataannya. Punokawan itu mengikuti seorang
ksatria yang bisa mengalahkan para dewa. Kemanapun arwah pergi, pikiran, hati,
perilaku, dan kenyataan selalu mengikutinya, yang disebut dengan Punokawan.
Pertanyaan ketiga dari
Atin tentang bagaimana supaya mempunyai kesadaran di dalam dan kesadaran di
luar? Filsafat adalah kesadaran di dalam pikir, yaitu memikirkannya. Awal
daripada berpikir adalah bertanya sehingga jika tidak bertanya artinya tidak berpikir.
Kesadaran di luar adalah panca indera sehingga jika satu dari panca indera kita
sudah menangkap berarti kesadaran di luar.
Pertanyaan
keempat dari Totok tentang mungkinkah filsafat disampaikan dengan sederhana? Sangat
mungkin, tetapi dosen tidak dalam kedudukan menyampaikan filsafat. Dosen hanya
memfasilitasi supaya setiap mahasiswa dapat berfilsafat. Secara sederhana
filsafat itu metafisik yang artinya bertanya. Bertanya tentang apa dan mengapa.
Bertanya tentang maksud sesuatu sudah dikatakan berfilsafat. Sederhananya
adalah pertanyaan apa dan mengapa. Filsafat membangun dunia pikiran dengan
bahasa yang sangat sederhana, yaitu aku dan bukan aku maka membangun dunia dan
akhirat cukup dengan A dan bukan A.
Pertanyaan kelima dari Diana tentang kapan
suatu hal dikatakan baik, lebih baik, atau paling baik? Sesuatu dipandang baik,
lebih baik, atau paling baik jika sesuai dengan ruang dan waktunya. Jika tidak
sesuai ruang dan waktu maka disebut tidak baik. Permasalahnnya apa yang
dimaksud ruang dan waktu? Ternyata semuanya adalah ruang dan waktu. Semua adalah ruang, ruang adalah waktu, dan waktu
adalah ruang. Tidak mungkin memahami ruang tanpa waktu dan tak mungkin memahami
waktu tanpa ruang. Disini pasti hubungannya dengan kapan, kalau tidak ada kapan
maka kamu tidak bisa disini.
Pertanyaan keenam dari Fany tentang bagaimana
filsafat mendefinisikan tentang sabar?
Sabar dalam khasanah filsafat adalah
gejala psikologi. Psikologi adalah wacana, gejala jiwa, jiwa yang sabar. Itu
adalah suatu keadaan. Suatu keadaan adalah ruang. Jadi sabar adalah kita
menciptakan suatu keadaan dengan ciri-ciri sabar. Sabar adalah ruang, kita
menciptakan ruang. Sama halnya juga ketika filsafat memandang sifat ego dan kesadaran
diri. Tanpa ada kesadaran diri maka tidak ada ego. Tanpa ego maka tidak ada
kesadaran diri sehingga semua orang mempunyai ego. Semua orang mempunyai kesadaran
diri. Jika orang sedang tidur tidak punya ego. Maka semua peraturan itu sebetulnya
salah. Kalau mau tepat maka semua peraturan dibuat bagi orang-orang yang tidak
sedang tidur. Kalau kesadarannya sudah dibangkitkan, tapi dia tidak kenal ruang
dan waktu maka disebut disorientasi.
Pertanyaan ketujuh dari
Nur Fauzan tentang apakah paradoks? Paradoks adalah ilmu. Ilmu ada karena ada paradoks.
Paradoks adalah pertentangan, pertentangan adalah sintesis, dan sintesis adalah
logos. Logos selalu bergerak. Pertentangan memiliki batas. Bagi yang punya
ilmunya maka dia akan meningkat. Bagi yang tidak, maka akan tenggelam. Sehingga
keberadaan kita karena ada paradoks. Contohnya kita bisa melihat karena pertentangan
antara baying-bayang dan sinar.
Pertanyaan kedelapan
dari Suhermin tentang apakah makna ujian secara filsafat? Tujuan dari kuis jawab
singkat memiliki manfaat yang banyak, bukan semata-mata untuk menguji, namun
jawab singkat ini adalah untuk mengadakan yang mungkin ada, yang belum pernah
mendengar sampai mendengar. Ujian itu sendiri adalah memasangkan keadaan
kesesuaian dengan ruang dan waktunya. Misalnya seseorang ditanya hasil dari
4+5, tetapi dia tidak bisa menjawab hasilnya 9, berarti di dalam pikirannya
tidak terjadi sintesis antara empat dan lima. Maka dia menjawabnya bukan 9.
Kalau ujian pikiran itu ruangnya konsisten, ukurannya konsisten. Konsisten
artinya tidak ada pertentangan, tetapi kalau ujian kenyataan itu ukurannya
adalah cocok/sesuai dengan ruang dan waktunya. Kalau ujian spiritual maka dia
adalah sebener-benar orang mampu diuji dan menguji kecuali atas kehendak Allah.
Pertanyaan kesembilang
dari Yuntaman tentang bagaimana filsafat memandang masalah yang ada dalam hidup
ini? Hidup adalah tentang masalah, sehingga jika tidak mau mempunyai masalah maka
jangan hidup. Artinya hidup ini dinikmati saja. Jangankan di dunia, tetapi di
akhirat pun ada masalah. Masalah memiliki arti tesis bertemu dengan anti tesis. Contohnya
oksigen adalah tesis dan karbohidrat adalah anti tesis. Oksigen bertemu
karbohidrat di darah timbul masalah. Orang yang tidak mampu melihat masalah
adalah orang bodoh. Sebener-benar orang
bodoh kalau dia tidak menyadarinya. Tiadalah orang sebenar-benar mampu
mengatasi masalah kecuali atas pertolongan Tuhan karena Tuhan itulah Sang Maha
Pemecah Masalah.
Pertanyaan kesepuluh
dari Suhermni tentang apakah hidup itu? Hidup jika sesuai ruang dan waktunya. Orang
dapat hidup jika ia menyadari diruang dan waktu mana ia berada sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan keadaannya.
Pertanyaan kesebelas
dari Nani tentang kehilangan apakah yang membuat manusia bahagia dan tidak
sedih? Filsafat memiliki tingkat-tingkat, dari material, formal, normatif, dan
spiritual. Secara material maka kehilangan materi akan menjadi sedih. Secara normatif,
pikiran, ilmunya, filsafatnya, kehilangan akal atau logika atau daya pikir. Ditingkatkan
dari sisi spiritual, kehilangan akidah, ketakwaan yang menjadi sedih. Jikalau
orang-orang yang kehilangan tersebut tidak merasa sedih maka sebenar-benar
manusia bahagia itu jika sesuai ruang dan waktunya. Bahagia itu sifat, sifat
dari suatu keadaan perasaan anda. Ini adalah gejala psikologi, maka kebahagiaan
manusia adalah kebahagiaan yang relatif. Kalau naik ke spiritual menjadi
kebahagiaan absolut atau abadi.
Pertanyaan kedua belas dari Aizah tentang bagaimana
mensinkronkan apa yang dipikirkan dan yang dirasakan? Perasaan terdiri dari
baik, buruk, indah dan tidak indah, dan pikiran terdiri dari benar dan salah.
Baik benar, baik salah, buruk benar,
buruk salah. Tiadalah manusia mampu mensinkronkan kecuali atas pertolongan Tuhan.
Tuhan itu yang Maha Menyinkronkan sehingga manusia hanya berusaha supaya
sinkron dengan menggunakan metode hermenitika. Hermeunitika adalah
menterjemahkan dan diterjemahkan. Yang diterjemahkan adalah semuanya, A dan
bukan A. Diterjemahkan artinya diinteraksikan/berinteraksi. Salah satu interaksi
adalah tanya jawab di kelas agar kita tahu pikiran kita tidak sesuai. Kita
dapat mengetahuinya dari selain diri kita sendiri, dari orang lain, tanaman,
binatang. Kita menyinkronkan diriantara kita dan bukan diri kita. Jadi belum
tentu yang baik itu benar, baik itu salah, benar itu baik, benar itu salah.
Pertanyaan ketiga belas
dari Seftika tentang kapan kita menggunakan pikiran, kapan menggunakan
perasaan? Maka sebenar-benar hidup adalah holistik dan komprehensif. Hidup
dalam keseluruhan. Diri dalam keseluruhan dan keseluruhan di dalam diri. Supaya
sinkron, maka semua harus dikelola lewat spiritualitas, keyakinan dan ibadahnya
masing-masing. Pikiran dan perasaan setiap saat berganti-ganti, berinteraksi. Berpikir
itu sepersekian puluh detik sudah terus, antara tesis sintesis. Belum lagi
hati. Maka sebenar-benar hati harus dalam keadaan bergetar dan getaran hati itu
panggilan kepada Tuhan dalam keadaan apapun. Maka semua perkara dibalut dengan
getaran hati dalam keadaan memanggil nama Tuhan. Karena ibadah tertinggi adalah
ibadah memanggil nama Tuhan karena hanya Tuhanlah yang bisa sama dengan namaNya.
Maka tidak ada ciptaan Tuhan yang mampu menyamaiNya. Jika ingin selamat dunia
akhirat harus selalu bergetar hatinya dalam keadaan sadar maupun tidak sadar, bekerja
maupun tertidur. Sedetik engkau tidak dalam keadaan berdoa, masuklah setan atau
potensi negatif. Banyak diantara orang sukses meraih, banyak pula yang gagal
mempertahankan karena tidak siap mentalnya.
Pertanyaan keempat
belas dari Seftika tentang mengapa mudah lupa? Lupa adalah sunatullah dan
kodratnya sebab kalau tidak bisa lupa tidak bisa hidup. Maka sebenar-benar
hidup adalah lupa.
Pertanyaan kelima belas
dari Erma tentang dimana letak perbedaan antara positif dan kontemporer? Kontemporer
adalah kekinian, keadaan zaman sekarang,tetapi penggeraknya itu postif. Maka positif
dan kontemporer tidak bisa dipisah. Jaman now adalah jaman VUCA. V (Volatil)
adalah rentan. U (Uncertainty) adalah ketidakpastian, sehingga barang siapa
ragu-ragu, maka masuklah setan. C (Complicated) adalah sangat kompleks
keadaannya. Zaman yang tidak sederhana lagi. Sebenar-benar hidup adalah daya
ingat, tanpa ada daya ingat kita tidak bisa hidup. Intuisi dua satu adalah Orang
tidak menyadari intuisi kalau tidak belajar filsafat. Hidup juga adalah batas,
sehingga lupa dan ingat ada batasnya. Oleh karena bergaul itu penting untuk mempertahankan
supaya terjaga daya ingat. Semua dalam ruang dan waktunya. Memandang itu bergantian,
bernapas, berbicara itu juga bergantian. Bergantian itu seri, kodrat. Tapi
sembari berbicara, bernapas, mendengar bersama-sama itu paralel. Jadi hidup itu
paralel. Maka bergantian ada ruang dan waktunya. Paralel juga ada ruang dan waktunya.
No comments:
Post a Comment